BAB RUKUN-RUKUN SHOLAT
BAB RUKUN-RUKUN SHOLAT
(Fasal) menjelaskan rukun-rukun sholat. Sedangkan pengertian sholat secara bahasa dan istilah syara’ sudah dijelaskan di depan.
( ﻓَﺼْﻞٌ ) ﻓِﻲْ ﺃَﺭْﻛَﺎﻥِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ . ﻭَﺗَﻘَﺪَّﻡَ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻟُﻐَﺔً ﻭَﺷَﺮْﻋًﺎ
Rukun-rukun sholat ada delapan belas rukun.
( ﻭَﺃَﺭْﻛَﺎﻥُ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺛَﻤَﺎﻧِﻴَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ﺭُﻛْﻨًﺎ )
Niat
Salah satunya adalah niat. Niat adalah menyengaja sesuatu berbarengan dengan melaksanakan-nya. Tempat niat adalah hati.
ﺃَﺣَﺪُﻫَﺎ ( ﺍﻟﻨِّﻴَّﺔُ ) ﻭَﻫِﻲَ ﻗَﺼْﺪُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺊِ ﻣُﻘْﺘَﺮِﻧًﺎ ﺑِﻔِﻌْﻠِﻪِ ﻭَﻣَﺤَﻠُّﻬَﺎ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐُ
Ketika sholat fardlu, maka wajib niat fardlu, menyengaja melaksanakannya dan menentukannya semisal Subuh atau Dhuhur.
ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻓَﺮْﺿًﺎ ﻭَﺟَﺐَ ﻧِﻴَّﺔُ ﺍﻟْﻔَﺮْﺿِﻴَّﺔِ ﻭَﻗَﺼْﺪُ ﻓِﻌْﻠِﻬَﺎ ﻭَﺗَﻌْﻴِﻴْﻨُﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺻُﺒْﺢٍ ﺃَﻭْ ﻇُﻬْﺮٍ ﻣَﺜَﻠًﺎ
Atau sholat sunnah yang memiliki waktu tertentu seperti sholat rawatib atau sholat yang memiliki sebab seperti sholat istisqa’, maka wajib menyengaja melaksanakannya dan menentukannya, tidak wajib niat sunnah.
ﺃَﻭْ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻧَﻔْﻠًﺎ ﺫَﺍﺕَ ﻭَﻗْﺖٍ ﻛَﺮَﺍﺗِﺒَﺔٍ ﺃَﻭْ ﺫَﺍﺕَ ﺳَﺒَﺐٍ ﻛَﺎﺳْﺘِﺴْﻘَﺎﺀٍ ﻭَﺟَﺐَ ﻗَﺼْﺪُ ﻓِﻌْﻠِﻬَﺎ ﻭَﺗَﻌْﻴِﻴْﻨُﻪُ ﻟَﺎ ﻧِﻴَّﺔُ ﺍﻟﻨَّﻔْﻠِﻴَّﺔِ
Berdiri dalam Sholat
Rukun kedua adalah berdiri jika mampu melakukannya.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ( ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻡُ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻘُﺪْﺭَﺓِ ) ﻋَﻠَﻴْﻪِ
Jika tidak mampu berdiri, maka wajib duduk dengan posisi yang ia kehendaki, namun duduk iftiras
adalah yang lebih utama.
ﻓَﺈِﻥْ ﻋَﺠَﺰَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻡِ ﻗَﻌَﺪَ ﻛَﻴْﻒَ ﺷَﺎﺀَ ﻭَﻗُﻌُﻮْﺩُﻩُ ﻣُﻔْﺘَﺮِﺷًﺎ ﺃَﻓْﻀَﻞُ
Takbiratul Ihram
Rukun ketiga adalah takbiratul ihram. Bagi yang mampu, maka wajib mengucapkan takbiratul ihram, yaitu dengan mengucapkan “Allahu Akbar” .
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ ( ﺗَﻜْﺒِﻴْﺮَﺓُ ﺍﻟْﺈِﺣْﺮَﺍﻡِ ) ﻓَﻴَﺘَﻌَﻴَّﻦُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻘَﺎﺩِﺭِ ﺍﻟﻨُّﻄْﻖُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﻘُﻮْﻝَ " ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ "
Maka tidak sah jika dengan mengucapkan
“Ar Rahmanu Akbar” dan sesamanya. Dan dalam takbiratul ihram, tidak sah mendahulukan
khabar sebelum
mubtada’ -nya seperti ucapan seseorang
“Akbarullahu” .
ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﻭَﻧَﺤْﻮُﻩُ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺗَﻘْﺪِﻳْﻢُ ﺍﻟْﺨَﺒَﺮِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺒْﺘَﺪَﺉِ ﻛَﻘَﻮْﻟِﻪِ " ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﺍﻟﻠﻪُ "
Barang siapa tidak mampu mengucapkan takbiratul ihram dengan bahasa arab, maka wajib menterjemahnya dengan bahasa yang ia kehendaki, dan tidak diperkenankan baginya untuk berpindah dari takbiratul ihram kepada bentuk dzikiran yang lain -semisal lafadz “ alhamdulillah” -.
ﻭَﻣَﻦْ ﻋَﺠَﺰَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨُّﻄْﻖِ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﻟْﻌَﺮَﺑِﻴَّﺔِ ﺗَﺮْﺟَﻢَ ﺑِﺄَﻱِّ ﻟُﻐَﺔٍ ﺷَﺎﺀَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻌْﺪِﻝُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺫِﻛْﺮٍ ﺁﺧَﺮَ
Dan wajib membarengkan niat dengan pelaksanaan takbiratul ihram.
ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﻗَﺮْﻥُ ﺍﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﺑِﺎﻟﺘَّﻜْﺒِﻴْﺮِ
Adapun imam an Nawawi, maka beliau memilih bahwa cukup dengan hanya berbarengan secara
‘urf , yaitu sekira secara ‘urf ia sudah dianggap menghadirkan sholat -di dalam hati saat takbiratul ihram-.
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟﻨَّﻮَﻭِﻱُّ ﻓَﺎﺧْﺘَﺎﺭَ ﺍﻟْﺎِﻛْﺘِﻔَﺎﺀَ ﺑِﺎﻟْﻤُﻘَﺎﺭَﻧَﺔِ ﺍﻟْﻌُﺮْﻓِﻴَّﺔِ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳُﻌَﺪُّ ﻋُﺮْﻓًﺎ ﺃَﻧَّﻪُ ﻣُﺴْﺘَﺤْﻀِﺮٌ ﻟِﻠﺼَّﻠَﺎﺓِ .
Membaca Al Fatihah
Rukun ke empat adalah membaca Al Fatihah, atau gantinya bagi orang yang tidak hafal Al Fatihah, baik sholat fardlu ataupun sunnah.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺮَّﺍﺑِﻊُ ( ﻗِﺮَﺍﺀَﺓُ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ) ﺃَﻭْ ﺑَﺪَﻟِﻬَﺎ ﻟِﻤَﻦْ ﻟَﺎﻳَﺤْﻔَﻈُﻬَﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺃَﻭْ ﻧَﻔْﻠًﺎ
Bismillahirrahmanirrahim adalah satu ayat penuh dari surat Al Fatihah.
( ﻭَﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ ﺁﻳَﺔٌ ﻣِﻨْﻬَﺎ ) ﻛَﺎﻣِﻠَﺔٌ
Barang siapa tidak membaca satu huruf atau satu tasydid dari surat al Fatihah, atau mengganti satu huruf dengan huruf yang lain, maka bacaannya tidak sah, begitu juga sholatnya jika memang sengaja melakukannya. Jika tidak sengaja, maka bagi dia wajib mengulangi bacaannya.
ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺳْﻘَﻂَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺣَﺮْﻓًﺎ ﺃَﻭْ ﺗَﺸْﺪِﻳْﺪَﺓً ﺃَﻭْ ﺃَﺑْﺪَﻝَ ﺣَﺮْﻓًﺎ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺑِﺤَﺮْﻑٍ ﻟَﻢْ ﺗَﺼِﺢَّ ﻗِﺮَﺍﺀَﺗُﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﺻَﻠَﺎﺗُﻪُ ﺇِﻥْ ﺗَﻌَﻤَّﺪَ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻭَﺟَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓُ ﺍﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ
Wajib membaca surat Al Fatihah tertib. Yaitu dengan membaca ayat-ayatnya sesuai dengan urutan yang sudah diketahui.
ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﺗَﺮْﺗِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﺃَﻳَﺎﺗِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻈْﻤِﻬَﺎ ﺍﻟْﻤَﻌْﺮُﻭْﻑِ
Dan juga wajib membacanya secara
muwallah (terus menerus) , yaitu sebagian kalimat-kalimat Al Fatihah bersambung dengan sebagian yang lain tanpa ada pemisah kecuali hanya sekedar mengambil nafas.
ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻣُﻮَﺍﻟَﺎﺗُﻬَﺎ ﺑِﺄَﻥْ ﻳَﺼِﻞَ ﺑَﻌْﺾُ ﻛَﻠِﻤَﺎﺗِﻬَﺎ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻓَﺼْﻞٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﻘَﺪْﺭِ ﺍﻟﺘَّﻨَﻔُّﺲِ
Sehingga, ketika di antara
muwallah terpisah / diselah-selahi dzikiran yang lain, maka hal itu memutus bacaan
muwallah surat Al Fatihah.
ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﺨَﻠَّﻞَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮُ ﺑَﻴْﻦَ ﻣُﻮَﺍﻟَﺎﺗِﻬَﺎ ﻗَﻄَﻌَﻬَﺎ
Kecuali bacaan dzikiran tersebut berhubungan dengan kemaslahatan sholat, seperti bacaan “amin” yang dilakukan makmum di tengah-tengah bacaan Al Fatihahnya karena bacaan Al Fatihah imamnya, maka sesungguhnya bacaan “amin” tersebut tidak sampai memutus
muwallah .
ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻥْ ﺗَﻌَﻠَّﻖَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮُ ﺑِﻤَﺼْﻠَﺤَﺔِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻛَﺘَﺄْﻣِﻴْﻦِ ﺍﻟْﻤَﺄْﻣُﻮْﻡِ ﻓِﻲْ ﺃَﺛْﻨَﺎﺀِ ﻓَﺎﺗِﺤَﺘِﻪِ ﻟِﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺇِﻣَﺎﻣِﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﺎﻳَﻘْﻄَﻊُ ﺍﻟْﻤُﻮَﺍﻟَﺎﺓَ
Barang siapa tidak tahu atau kesulitan membaca surat Al Fatihah karena tidak ada pengajar semisal, dan ia bisa membaca surat yang lain dari Al Qur’an, maka bagi dia wajib membaca tujuh ayat secara runtut ataupun tidak sebagai ganti dari surat Al Fatihah.
ﻭَﻣَﻦْ ﺟَﻬُﻞَ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ﺃَﻭْ ﺗَﻌَﺬَّﺭَﺕْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟِﻌَﺪَﻡِ ﻣُﻌَﻠِّﻢٍ ﻣَﺜَﻠًﺎ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦَ ﻏَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻭَﺟَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺳَﺒْﻊُ ﺁﻳَﺎﺕٍ ﻣُﺘَﻮَﺍﻟِﻴَﺔً ﻋِﻮَﺿًﺎ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺃَﻭْ ﻣُﺘَﻔَﺮِّﻗَﺔً
Jika tidak mampu membaca Al Qur’an, maka wajib bagi dia untuk membaca dzikir sebagai ganti dari Al Fatihah, sekira huruf dzikiran tersebut tidak kurang dari jumlah huruf Al Fatihah.
ﻓَﺈِﻥَ ﻋَﺠَﺰَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺃَﺗَﻰ ﺑِﺬِﻛْﺮٍ ﺑَﺪَﻟًﺎ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﻋَﻦْ ﺣُﺮُﻭْﻓِﻬَﺎ
Jika tidak bisa membaca Al Qur’an dan dzikiran, maka wajib bagi dia untuk berdiri selama kadar ukuran membaca Al Fatihah.
ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﺤْﺴِﻦْ ﻗُﺮْﺁﻧًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺫِﻛْﺮًﺍ ﻭَﻗَﻒَ ﻗَﺪْﺭَ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ
Dalam sebagian redaksi diungkapkan dengan bahasa “dan membaca Al Fatihah setelah bismillahirrahmanirrahim, dan basmalah adalah satu ayat dari Al Fatihah.”
ﻭَﻓِﻲْ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﻨُّﺴَﺦِ ﻭَﻗِﺮَﺍﺀَﺓُ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺑَﻌْﺪَ ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ ﻭَﻫِﻲَ ﺁﻳَﺔٌ ﻣِﻨْﻬَﺎ .
Ruku’
Rukun ke lima adalah ruku’.
( ﻭَ ) ﺍﻟْﺨَﺎﻣِﺲُ ( ﺍﻟﺮُّﻛُﻮْﻉُ )
Minimal fardlunya ruku’ bagi orang yang melakukan sholat dengan berdiri, mampu melakukan ruku’, berfisik normal, dan selamat / sehat kedua tangan dan kedua lututnya, adalah membungkuk tanpa membusungkan dada (degek : jawa) dengan ukuran sekira kedua telapak tangan bisa menggapai kedua lutut seandainya ia hendak meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya.
ﻭَﺃَﻗَﻞُّ ﻓَﺮْﺿِﻪِ ﻟِﻘَﺎﺋِﻢٍ ﻗَﺎﺩِﺭٍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮُّﻛُﻮْﻉِ ﻣُﻌْﺘَﺪِﻝِ ﺍﻟْﺨِﻠْﻘَﺔِ ﺳَﻠِﻴْﻢِ ﻳَﺪَّﻳْﻪِ ﻭَﺭُﻛْﺒَﺘَﻴْﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﺤَﻨِﻲَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺍﻧْﺨِﻨَﺎﺱٍ ﻗَﺪْﺭَ ﺑُﻠُﻮْﻍِ ﺭَﺍﺣَﺘَﻴْﻪِ ﺭُﻛْﺒَﺘَﻴْﻪِ ﻟَﻮْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﻭَﺿْﻌَﻬُﻤَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻤَﺎ
Jika tidak mampu melakukan ruku’ seperti ini, maka wajib bagi dia membungkuk semampunya dan memberi isyarah dengan matanya.
ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻘْﺪِﺭْ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺮُّﻛُﻮْﻉِ ﺍﻧْﺤَﻨَﻰ ﻣَﻘْﺪُﻭْﺭَﻩُ ﻭَﺃَﻭْﻣَﺄَ ﺑِﻄَﺮْﻓِﻪِ
Ruku’ yang paling sempurna adalah orang yang melakukan ruku’
meluruskan punggung dan lehernya sekira keduanya seperti satu papan yang lurus, menegakkan kedua betisnya, dan memegang kedua lutut dengan kedua tangannya.
ﻭَﺃَﻛْﻤَﻞُ ﺍﻟﺮّﻛُﻮْﻉِ ﺗَﺴْﻮِﻳَّﺔُ ﺍﻟﺮَّﺍﻛِﻊِ ﻇَﻬْﺮَﻩُ ﻭَﻋُﻨُﻘَﻪُ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳَﺼِﻴْﺮَﺍﻥِ ﻛَﺼَﻔِﺤَﺔٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﻧَﺼْﺐُ ﺳَﺎﻗَﻴْﻪِ ﻭَﺃَﺧْﺬُ ﺭُﻛْﺒَﺘَﻴْﻪِ ﺑِﻴَﺪَّﻳْﻪِ
Rukun ke enam adalah thuma’ninah di dalam ruku’. Thuma’ninah adalah diam setelah bergerak.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺴَّﺎﺩِﺱُ ( ﺍﻟﻄُّﻤَﺄْﻧِﻴْﻨَﺔُ ) ﻭَﻫِﻲَ ﺳُﻜُﻮْﻥٌ ﺑَﻌْﺪَ ﺣَﺮَﻛَﺔٍ ( ﻓِﻴْﻪِ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟﺮُّﻛُﻮْﻉِ
Mushannif menjadikan thuma’ninah sebagai salah satuh rukun dan rukun-rukunnya sholat. Dan imam an Nawawi berjalan pada pendapat ini di dalam kitab at Tahqiq.
ﻭَﺍﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒُ ﻳَﺠْﻌَﻞُ ﺍﻟﻄُّﻤَﺄْﻧِﻴْﻨَﺔَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﻛَﺎﻥِ ﺭُﻛْﻨًﺎ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻠًّﺎ ﻭَﻣَﺸَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﻮَﻭِﻱُّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺤْﻘِﻴْﻖِ
Sedangkan selain mushannif menjadikan thuma’ninah sebagai
haiat yang menyertai sholat.
ﻭَﻏَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒِ ﻳَﺠْﻌَﻠُﻬَﺎ ﻫَﻴْﺌَﺔً ﺗَﺎﺑِﻌَﺔً ﻟِﻠْﺄَﺭْﻛَﺎﻥِ .
I’tidal
Rukun ke tujuh adalah bangun dari ruku’ dan i’tidal berdiri tegap sesuai keadaan sebelum ruku’, yaitu berdiri bagi orang yang melakukan sholat dengan berdiri dan duduk bagi orang yang tidak mampu berdiri.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻊُ ( ﺍﻟﺮَّﻓْﻊُ ) ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮُّﻛُﻮْﻉِ ( ﻭَﺍﻟْﺈِﻋْﺘِﺪَﺍﻝُ ) ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻬَﻴْﺌَﺔِ ﺍﻟَّﺘِﻲْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻗَﺒْﻞَ ﺭُﻛُﻮْﻋِﻪِ ﻣِﻦْ ﻗِﻴَﺎﻡِ ﻗَﺎﺩِﺭٍ ﻭَﻗُﻌُﻮْﺩِ ﻋَﺎﺟِﺰٍ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻡِ
Rukun ke delapan adalah thuma’ninah di dalam i’tidal.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻣِﻦُ ( ﺍﻟﻄُّﻤَﺄْﻧِﻴْﻨَﺔُ ﻓِﻴْﻪِ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟْﺎِﻋْﺘِﺪَﺍﻝِ
Sujud
Rukun ke sembilan adalah sujud dua kali di dalam setiap rakaat.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺘَّﺎﺳِﻊُ ( ﺍﻟﺴُّﺠُﻮْﺩُ ) ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ
Minimal sujud adalah sebagian kening orang yang sholat menyentuh tempat sujudnya, baik tanah atau yang lainnya.
ﻭَﺃَﻗَﻠُّﻪُ ﻣُﺒَﺎﺷَﺮَﺓُ ﺑَﻌْﺾِ ﺟَﺒْﻬَﺔِ ﺍﻟْﻤُﺼَﻠِّﻲْ ﻣَﻮْﺿِﻊَ ﺳُﺠُﻮْﺩِﻩِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ
Sujud yang paling sempurna adalah membaca takbir tanpa mengangkat kedua tangan ketika turun ke posisi sujud, meletakkan kedua lutut, kemudian kedua tangan, lalu kening dan hidungnya.
ﻭَﺃَﻛْﻤَﻠُﻪُ ﺃَﻥْ ﻳُﻜَﺒِّﺮَ ﻟِﻬُﻮِﻳِّﻪِ ﻟِﻠﺴُّﺠُﻮْﺩِ ﺑِﻠَﺎ ﺭَﻓْﻊِ ﻳَﺪَّﻳْﻪِ ﻭَﻳَﻀَﻊُ ﺭُﻛْﺒَﺘَﻴْﻪِ ﺛُﻢَّ ﻳَﺪَّﻳْﻪِ ﺛُﻢَّ ﺟَﺒْﻬَﺘَﻪُ ﻭَﺃَﻧْﻔَﻪُ
Rukun ke sepuluh adalah thuma’ninah di dalam sujud, sekira beban kepalanya mengenai tempat sujudnya.
( ﻭَ ) ﺍﻟْﻌَﺎﺷِﺮُ ( ﺍﻟﻄُّﻤَﺄْﻧِﻴْﻨَﺔُ ﻓِﻴْﻪِ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮْﺩِ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳَﻨَﺎﻝُ ﻣَﻮْﺿِﻊَ ﺳُﺠُﻮْﺩﻩِ ﺛِﻘَﻞُ ﺭَﺃْﺳِﻪِ
Dan tidak cukup hanya menyentuhkan kepalanya ke tempat sujudnya.
ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻜْﻔِﻲْ ﺇِﻣْﺴَﺎﺱُ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻣَﻮْﺿِﻊَ ﺳُﺠُﻮْﺩِﻩِ
Bahkan harus agak menekannya sekira seandainya ada kapas di bawah kepalanya, niscaya akan tertekan, dan bebannya akan terasa di atas tangan seandainya diletakkan di bawahnya.
ﺑَﻞْ ﻳَﺘَﺤَﺎﻣَﻞُ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﺗَﺤْﺘَﻪُ ﻗُﻄْﻦٌ ﻣَﺜَﻠًﺎ ﻟَﺎﻧْﻜَﺒَﺲَ ﻭَﻇَﻬَﺮَ ﺃَﺛَﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺪٍّ ﻟَﻮْ ﻓُﺮِﺿَﺖْ ﺗَﺤْﺘَﻪُ .
Duduk di Antara Dua Sujud
Rukun ke sebelas adalah duduk di antara dua sujud di setiap rakaat, baik sholat dengan berdiri, duduk atau tidur miring.
( ﻭَ ) ﺍﻟْﺤَﺎﺩِﻱَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﺍﻟْﺠُﻠُﻮْﺱُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﺠْﺪَﺗَﻴْﻦِ ) ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﺻَﻠَّﻰ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻋِﺪًﺍ ﺃَﻭْ ﻣُﻀْﻄَﺠِﻌًﺎ
Minimalnya adalah diam setelah bergeraknya anggota-anggota badannya. Dan yang paling sempurna adalah menambahi ukuran tersebut dengan do’a yang datang dari Rosulullah Saw saat melakukannya.
ﻭَﺃَﻗَﻠُّﻪُ ﺳُﻜُﻮْﻥٌ ﺑَﻌْﺪَ ﺣَﺮَﻛَﺔِ ﺃَﻋْﻀَﺎﺋِﻪِ ﻭَﺃَﻛْﻤَﻠُﻪُ ﺍﻟﺰِّﻳَﺎﺩَﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺎﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﺍﻟْﻮَﺍﺭِﺩِ ﻓِﻴْﻪِ
Sehingga, seandainya ia tidak duduk di antara dua sujud, bahkan posisinya
hanya lebih dekat pada posisi duduk, maka duduk yang ia lakukan tidak sah.
ﻓَﻠَﻮْ ﻟَﻢْ ﻳَﺠْﻠِﺲْ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﺠْﺪَﺗَﻴْﻦِ ﺑَﻞْ ﺻَﺎﺭَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠُﻠُﻮْﺱِ ﺃَﻗْﺮَﺏَ ﻟَﻢْ ﻳَﺼِﺢَّ
Rukun ke dua belas adalah thuma’ninah di dalam duduk di antara dua sujud.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﺍﻟﻄُّﻤَﺄْﻧِﻴْﻨَﺔُ ﻓِﻴْﻪِ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟْﺠُﻠُﻮْﺱِ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﺠْﺪَﺗَﻴْﻦِ
Duduk Terakhir dan Tasyahud
Rukun ke tiga belas adalah duduk yang terakhir, maksudnya duduk yang diiringi oleh salam.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﺍﻟْﺠُﻠُﻮْﺱُ ﺍﻟْﺄَﺧِﻴْﺮُ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳَﻌْﻘِﺒُﻪُ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ
Rukun ke empat belas adalah tasyahud di dalam duduk yang terakhir.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺮَّﺍﺑِﻊَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﺍﻟﺘَّﺸّﻬُّﺪُ ﻓِﻴْﻪِ ) ﺃَﻱْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠُﻠُﻮْﺱِ ﺍﻟْﺄَﺧِﻴْﺮِ .
Minimal tasyahud adalah
" ﺍﻟﺘَّﺤِﻴَّﺎﺕُ ﻟِﻠﻪِ ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ "
“Segala hormat milik Allah, semoga keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya atas Engkau wahai Nabi. Semoga keselamatan atas kami dan hamba-hamba Allah yang sholih. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah”
ﻭَﺃَﻗَﻞُّ ﺍﻟﺘَّﺸَﻬُّﺪِ " ﺍﻟﺘَّﺤِﻴَّﺎﺕُ ﻟِﻠﻪِ ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ "
Tasyahud yang paling sempurna adalah
" ﺍﻟﺘَّﺤِﻴَّﺎﺕُ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻛَﺎﺕُ ﺍﻟﺼَّﻠَﻮَﺍﺕُ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕُ ﻟِﻠﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ."
“kehormatan yang diberkahi dan rahmat yang baik hanya milik Allah. Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya semoga atas Engkau wahai Nabi. Keselamatan semoga atas kami dan hamba-hamba Allah yang sholih. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah. Dan saya bersaksi nabi Muhammad adalah utusan Allah.”
ﻭَﺃَﻛْﻤَﻞُ ﺍﻟﺘَّﺸَﻬُّﺪِ " ﺍﻟﺘَّﺤِﻴَّﺎﺕُ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻛَﺎﺕُ ﺍﻟﺼَّﻠَﻮَﺍﺕُ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕُ ﻟِﻠﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ."
Bacaan Sholawat
Rukun ke lima belas adalah membaca sholawat untuk baginda Nabi Saw di dalamnya, maksudnya di dalam duduk yang terakhir setelah selesai membaca tasyahud.
( ﻭَ ) ﺍﻟْﺨَﺎﻣِﺲَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻴْﻪِ ) ﺃَﻱْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠُﻠُﻮْﺱِ ﺍﻟْﺄَﺧِﻴْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔَﺮَﺍﻍِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﺸَﻬُّﺪِ
Minimal bacaan sholawat untuk baginda Nabi Saw adalah
" ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ "
“ya Allah, berikanlah rahmat kepada Nabi Muhammad”
ﻭَﺃَﻗَﻞُّ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ " ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ "
Perkataan mushannif di atas memberitahukan bahwa membaca sholawat untuk keluarga Nabi Saw hukumnya tidak wajib, dan memang demikian bahkan hukumnya adalah sunnah.
ﻭَﺃَﺷْﻌَﺮَ ﻛَﻠَﺎﻡُ ﺍﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒِ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺂﻝِ ﻟَﺎ ﺗَﺠِﺐُ ﻭَﻫُﻮَ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺑَﻞْ ﻫِﻲَ ﺳُﻨَّﺔٌ
Salam, Niat Keluar Sholat dan Tertib
Rukun ke enam belas adalah membaca salam yang pertama.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺴَّﺎﺩِﺱَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﺍﻟﺘَّﺴْﻠِﻴْﻤَﺔُ ﺍﻟْﺄُﻭْﻟَﻰ )
Dan wajib mengucapkan salam dalam posisi duduk.
ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﺇِﻳْﻘَﺎﻉُ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡِ ﺣَﺎﻝَ ﺍﻟْﻘُﻌُﻮْﺩِ
Minimal ucapan salam adalah ucapan
" ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ " satu kali. Dan ucapan salam yang paling sempurna adalah " ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ " dua kali, yaitu ke kanan dan ke kiri.
ﻭَﺃَﻗَﻠُّﻪُ " ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ " ﻣَﺮَّﺓً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻭَﺃَﻛْﻤَﻠُﻪُ " ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ " ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﻳَﻤِﻴْﻨًﺎ ﻭَﺷِﻤَﺎﻟًﺎ
Rukun ke tujuh belas adalah niat keluar dari sholat. Dan ini adalah pendapat yang
marjuh (lemah).
( ﻭَ ) ﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻊَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﻧِﻴَّﺔُ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ) ﻭَﻫَﺬَﺍ ﻭَﺟْﻪٌ ﻣَﺮْﺟُﻮْﺡٌ
Ada yang mengatakan bahwa niat keluar dari sholat hukumnya tidak wajib, dan inilah pendapat al ashah.
ﻭَﻗْﻴِﻞَ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻱْ ﻧِﻴَّﺔُ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝِ ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻮَﺟْﻪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ
Rukun ke delapan belas adalah melakukan rukun-rukun sholat secara tertib, hingga di antara tasyahud yang terakhir dan bacaan sholat untuk baginda Nabi Saw di dalam tasyahud akhir.
( ﻭَ ) ﺍﻟﺜَّﺎﻣِﻦَ ﻋَﺸَﺮَ ( ﺗَﺮْﺗِﻴْﺐُ ﺍﻟْﺄَﺭْﻛَﺎﻥِ ) ﺣَﺘَّﻰ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺘَّﺸَﻬُّﺪِ ﺍﻟْﺄَﺧِﻴْﺮِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻴْﻪِ
Ungkapan mushannif
“sesuai dengan apa yang aku jelaskan” mengecualikan kewajiban mem bareng kan niat dengan takbiratul ihram, dan mem bareng kan duduk terakhir dengan tasyahud dan bacaan sholawat untuk baginda Nabi Saw.
ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ ( ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺫَﻛَﺮْﻧَﺎﻩُ ) ﻳُﺴْﺘَﺜْﻨَﻰ ﻣِﻨْﻪُ ﻭُﺟُﻮْﺏُ ﻣُﻘَﺎﺭَﻧَﺔِ ﺍﻟﻨِّﻴَّﺔِ ﻟِﺘَﻜْﺒِﻴْﺮَﺓِ ﺍﻟْﺈِﺣْﺮَﺍﻡِ ﻭَﻣُﻘَﺎﺭَﻧَﺔِ ﺍﻟْﺠُﻠُﻮْﺱِ ﺍﻟْﺄَﺧِﻴْﺮِ ﻟِﻠﺘَّﺸَﻬُّﺪِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)
Komentar
Posting Komentar