Perbedaan Sesama Wahabi Salafi

"JANGAN ASAL MAIN TUNJUK, KARENA SATU JARI MENGARAH PADAKU, DAN TIGA JARI MENGARAH PADAMU"
PESAN BUAT SAHABAT WAHHABI, SALAFI..
Tidak ada yg lebih membahyakan islam dan persatuan ummat muslimin, selain:
1. mempermasalahkan khilafiyah para ulama' salaf, (ahshaabul-madzaahib) 4 madzhab. Dalam arti , selagi salah satu dari 4 madzhab itu membolehkan, tidak boleh ada golongan yg berkoar-koar sesat dan bid'ah, syirik dll.
2. Menyalahi ijmak yg sudah di sepakati ulama salaf yg  empat. Dan celakanya lagi, dia masih mensesatkan ijmak tadi.
3. Hanya golongannya yg bisa berdalil, sementara orang lain tidak boleh berdalil, hanya dalil merekalah yg benar, sementara dalil lain golongannya salah, walaupun pada hakikatnya dalil mereka terkesan di paksakan, atau menempatkan dalil bukan pada tempatnya.
4. Dalil mereka semuanya soheh (walau terkadang pada golongan mereka sendiri bentrok satu sama lain dalam memahami hadist dan soheh dhoifnya hadist.), sedangkan dalil yg lain golongannya semuanya dhoif atau palsu.
5. Kalau hadist-hadist sudah di sohehkan (ada yg mesohehkan) sebelumnya, tak ada alasan untuk ulama' yg hidup di abad sekarang (tahun 1990) mendhoifkannya, apalagi sampai mengatkan palsu, lebih2 hanya demi kepentingannya sendiri, contoh, hadist2 yg sudah di sohehkan oleh yg punya kutubussittah atau oleh lainnya, seperti imam hakim, thobrony, ibnu hibban dan semacamnya, yg jauh terlahir dari ulama yg hidup di masa sekarang, dan di dhoifkan atau di palsukan oleh seorang yg baru tumbuh di abad (yg penuh fitnah ini).

Kita sebagai umat islam yg ahli sunnah waljama'ah mempunyai qaidah:
Qaidah yg di paparkan oleh Imam As Suyuthi dalam kitabnya Al Asybah wan Nazhair:
الْقَاعِدَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ ” لَا يُنْكَرُ الْمُخْتَلَفُ فِيهِ ، وَإِنَّمَا يُنْكَرُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهِ
Qaidah yang ke-35, “Tidak boleh ada pengingkaran (penentangan) terhadap masalah yang masih diperselisihkan (ulama salaf, penggagas madzhab).
Seseungguhnya pengingkaran hanya berlaku pada pendapat yang bertentangan dengan ijma’ (kesepakatan) para ulama (penggagas madzhab yg 4)”.
(Imam As Suyuthi, Al Asybah wa An Nazhair, Juz 1, hal. 285).
Apalagi kalian-kalian yg orang awam, tidak bisa dan tidak mengerti bahasa arab dengan benar, tidak hafal hadis, tidak hafal alquran, tidak memahami tafsir, bahkan tidak tahu ilmu alat.. Jangan sekali-kali ikut-ikutan dalam permasalahan ijtihad ulama salaf (pada kurun tabi'-attabi'in sampai 300 H)
sebagaimana perkataan Imam An Nawawi Rahimahullah:
وَمِمَّا يَتَعَلَّق بِالِاجْتِهَادِ لَمْ يَكُنْ لِلْعَوَامِّ مَدْخَل فِيهِ ، وَلَا لَهُمْ إِنْكَاره ، بَلْ ذَلِكَ لِلْعُلَمَاءِ . ثُمَّ الْعُلَمَاء إِنَّمَا يُنْكِرُونَ مَا أُجْمِعَ عَلَيْهِ أَمَّا الْمُخْتَلَف فِيهِ فَلَا إِنْكَار فِيهِ لِأَنَّ عَلَى أَحَد الْمَذْهَبَيْنِ كُلّ مُجْتَهِدٍ مُصِيبٌ . وَهَذَا هُوَ الْمُخْتَار عِنْد كَثِيرِينَ مِنْ الْمُحَقِّقِينَ أَوْ أَكْثَرهمْ . وَعَلَى الْمَذْهَب الْآخَر الْمُصِيب وَاحِد وَالْمُخْطِئ غَيْر مُتَعَيَّن لَنَا ، وَالْإِثْم مَرْفُوع عَنْهُ
“Dan Adapun yang terkait masalah ijtihad, tidak mungkin orang awam menceburkan diri ke dalamnya, mereka tidak boleh mengingkarinya, tetapi itu tugas ulama. Kemudian, para ulama hanya mengingkari dalam perkara yang disepati para imam. Adapun dalam perkara yang masih diperselisihkan, maka tidak boleh ada pengingkaran di sana. Karena berdasarkan dua sudut pandang setiap mujtahid adalah benar. Ini adalah sikap yang dipilih olah mayoritas para ulama peneliti (muhaqqiq). Sedangkan pandangan lain mengatakan bahwa yang benar hanya satu. dan yang salah kita tidak tahu secara pasti, dan dia (ulama yg berijtihad) telah terangkat dosanya.” .
(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 1/131. Mawqi’ Ruh Al Islam).
Mengartikan dauhnya imam nawawi dan imam suyuthi di atas, berkesimpulan bahwa khilafiyah itu banyak dan termasuk variasi di dalam islam.
Saya katakan pada mereka yg selalu menyesatkan pada yg berbeda dengan mereka, "bahwa karena sedikitnya ulama kalian, jadi perbedaan di antara kalian belum sangat tampak, walaupun hakikatnya sudah banyak perbedaan di sana, ulama kalian di samping ulama-ulama yg hidup di zaman kita (baru2 ini), juga bisa di hitung oleh jari-jari, tidak kurang lebih dari enam atau tujuh ulama saja". Jadi tak sebanding dengan ulama yg sudah beratus-ratus ulama di dalamnya.

Kalau kalian tidak percaya dengan perbedaan2 yg ada pada ulama kalian yg hanya sebanyak jari-jari, akan saya paparkan di bawah ini.
Dari pada sibuk mengatakan sesat dan bid'ah syirik pada yg berbeda dengan kalian, lebih baik mengkoreksi ulama' kalian sendiri, dan tinggal simpulkan sendiri, siapa yg sesat dan yg tidak diantara mereka.
(Kami hanya mengambil pokok intinya saja, debat istidlal masing2 perdebatan, kami tidak mengutip panjang lebar, biar tidak panjang sekali)

بسم الله الرحمن الرحيم..
ﻟِﺮِﺿَﺎﺀِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻭَ ﻋَﻠَﻰ ﻧِﻴَّﺔِ ﺍﻟْﺤِﻔْﻆِ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻣَﺔِ ﻣِﻦْ ﺷَﺮِّ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖِ ﺍَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ الفاتحة..... ...الخ ...أمين
:) silahkan di resapi..
"KHILAFIYAH ULAMA ANTI BID'AH"

- (1). Perbedaan antara ustaimin dan albani, mengenai keutama'an nabi saw atas semua makhluq allah.
seh ustaimin berkata di dalam kitabnya:
ومحمد أفضل البشر، بل أفضل الخلق على الإطلاق، عليه الصلاة والسلام،
Dan nabi muhammad saw, paling utama2nya manusia, bahkan paling utama2nya makhluq secara mutlaq.
(Majmuk fatawa ustaimin. Juz 3 , no 219)
Seh albani membantahnya dengan perkataannya:
أمر ثالث وأخير وهو أن الدكتور قد ادعى أن النبي صلى الله عليه وسلم أفضل الخلائق عند الله على الإطلاق. وهذه عقيدة، وهي لا تثبت عنده، إلا بنص قطعي الثبوت قطعي الدلالة، أي بآية قطعية الدلالة، أو حديث متواتر قطعي الدلالة، فأين هذا النص الذي يثبت كونه صلى الله عليه وسلم أفضل الخلائق عند الله على الإطلاق؟
(التوسل أنواعه وأحكامه) juz 1. No 149
Perkara ke tiga dan yang terakhir; bahwa SANG DOKTOR (Ibnu Utsaimin) menganggap bahwa nabi Muhammad adalah makhluk Allah paling mulia secara mutlak. Ini adalah aqidah, --yang dia sendiri tidak menetapkan kebenarannya--, yang seharusnya ditetapkan dengan dalil yang nyata (qath’iyyutsubut), dan petunjuk yang jelas (qath’iyyuddilalah); artinya harus ada ayat al Qur’an yang menetapkan secara jelas keyakinan semacam ini, atau hadits nabi yang mutawatir menunjukan demikian.
SEKARANG... MANA DALIL PASTI YANG MENGATAKAN BAHWA NABI MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK ALLAH YANG PALING MULIA SECARA MUTLAK?.
(Kesimpulan di atas, ustaimin mengatakan nabi saw makhluq paling utama, sedang albani membantah, alias bukan).

- (2). Perbedaan antara istaimin dan albani dalam menghukumi adzan awal pada shalat jumat.
Albani mangatakan dalam kitabnya:
وقال ابن عمر: "إنما كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صعد المنبر أذن بلال فإذا فرغ النبي صلى الله عليه وسلم من خطبته أقام الصلاة. والأذان الأول بدعة".
والخلاصة: أننا نرى أن يكتفى بالأذان المحمدي وأن يكون عند خروج الإمام وصعوده على المنبر لزوال السبب المبرر لزيادة عثمان واتباعا لسنة النبي صلى الله عليه وسلم
(الأجوبة النافعة Juz 1. 22)
Ibnu umar ra berkata: Sesungguhnya nabi saw bila naik ke mimbar, maka bilal adzan, dan setelah selesai nabi saw dari khutbahnya, maka beliau meng-iqamahkan shalat.
Dan adzan awal bid'ah,
Kesimpulannya. Bahwa saya berpendapat cukup dengan adzan muhammady (yg di nisbatkan pada nabi muhammad), pada waktu keluarnya imam dan naiknya ke mimbar. Karena tidak adanya sebab yg bembolehkan pada penambahan ustman (adzan dua kali), dan karena mengikuti pada sunnah nabi saw.

Mengomentari pendapat albani ini, seh ustaimin sangat marah, sehingga dalam salah satu kitabnya menyinggung al-Albani dengan menilainya tidak mempunyai pengetahuan agama sekali:
“ثم يأتي رجل في هذا العصر، ليس عنده من العلم شيء، ويقول: أذان الجمعة الأول بدعة، لأنه ليس معروفاً على عهد الرسول صلي الله عليه وسلم، ويجب أن نقتصر على الأذان الثاني فقط ! فنقول له: إن سنة عثمان رضي الله عنه سنة متبعة إذا لم تخالف سنة رسول الله صلي الله عليه وسلم، ولم يقم أحد من الصحابة الذين هم أعلم منك وأغير على دين الله بمعارضته، وهو من الخلفاء الراشدين المهديين، الذين أمر رسول الله صلي الله عليه وسلم باتباعهم.”
“ada seorang laki-laki dewasa ini yang tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali mengatakan, bahwa azan Jum'at yang pertama adalah bid’ah, kerana tidak dikenal pada masa Rasul , dan kita harus membatasi pada azan kedua saja! Kita katakan pada laki-laki tersebut: sesungguhnya sunahnya Utsman R.A adalah sunah yang harus diikuti apabila tidak menyalahi sunah Rasul SAW dan tidak di tentang oleh seorangpun dari kalangan sahabat yang lebih mengetahui dan lebih ghirah terhadap agama Allah dari pada kamu (al-Albani). Beliau (Utsman R.A) termasuk Khulafaur Rasyidin yang memperoleh pentunjuk, dan diperintahkan oleh Rasullah SAW untuk diikuti”.
(Lihat: al-utsaimin, Syarh al-’Aqidah al- Wasithiyyah, hal 638.).
(Siapa disini yg salah? Yg bidah yg sesat?) :)

- (3). Perbedaan antara bin baz, ustaimin dan albani di dalam sedekap setelah ruku' (i'tidal).
Albani mengatkan bid'ah dholalah pada orang yg sedekap setelah ruku', seperti yg ia kutip dalam kitabnya:
ولست أشك في أن وضع اليدين على الصدر في هذا القيام - يعني بذلك القيام بعد الركوع - بدعة ضلالة ، لأنه لم يرد مطلقا في شيء من أحاديث الصلاة
(أصلُ صِفَةِ صَلاةِ النبيّ . ألباني)
Saya tidak ragu lagi menyatakan bahwa meletakkan kedua tangan di dada (bersendekap) di saat berdiri ini, yakni berdiri yang setelah ruku’ itu adalah BID’AH DHOLALAH, karena tidak ada nya dalil yg warid dalam hadits hadits shalat.
(Ashal Sifat Sholat Nabi, juz 2. Hal 701,M.S).

Bin baz dalam masalah ini berkomentar dalam kitabnya:
س: بعض أهل العلم يقول: إن الضم في الصلاة سنة عن المصطفى صلى الله عليه وسلم، والبعض الآخر يقول: إنه بدعة أي الضم بعد القيام من الركوع. أفيدونا؟
ج: الضم سنة حال القيام في الصلاة قبل الركوع وبعده هذا هو الصواب.
ومن قال: إنه بدعة فقد غلط غلطا بينا
مجموع فتاوى  بن باز. Juz 29. 284
Pertanyaan: sebagian ahli ilmu mengatakan " bahwa sedekap di dalam shalat sunnah dari nabi, sebagian lagi mengatakan bid'ah (sedekap setelah berdiri dari ruku')". Berilah kami penjelasan.?
Jawaban bin baz: sedekap sunnah dalam keadaan berdiri di dalam shalat, sebelum ruku' atau setelahnya, Ini yg benar.
Adapun orang yg bilang bid'ah, maka sungguh jelas jelas keliru (2x :) ).
(Majmuk fatawa bin baz juz 29. No 284  M.S).

Sedang seh ustaimin dalam masalah ini agak lucu, pertamanya bilang sunnah dengan dalil hadist soheh, keduanya bilang tidak ada dalil soheh, seperti perkataanya di dalam kitabnya:
سئل فضيلة الشيخ: عن حكم وضع اليد اليمنى على اليد اليسرى بعد الرفع من الركوع؟
فأجاب فضيلته بقوله: وضع اليد اليمنى على اليسرى بعد القيام من الركوع سنة، كما دل على ذلك حديث سهل بن سعد – رضي الله عنه – الذي رواه البخاري في صحيحه
مجموع فتاوى عثيمين
Di tanyakan seh ustaimin dari hukum menaruh tangan kanan ke kiri (sedekap) setelah berdiri dari ruku'?
Maka menjawab seh ustaimin dengan jawaban:
Sedekap (arti singkatan naruh tangan kanan ke kiri) setelah berdiri dari ruku' adalah sunnah. Seperti dalil hadistnya sahal bin sa'ad ra. Yg di riwayatkan imam bukhori dalam sohehnya.
(Majmuk fatawa ustaimin Juz 13. No 164 MS).

Sekarang seh ustaimin ragu-ragu hukumnya. Seperti kutipan di bawah ini:
سئل فضيلة الشيخ: ما حكم وضع اليد اليمنى على اليسرى بعد القيام من الركوع؟
فأجاب فضيلته بقوله: وضع اليد اليمنى على اليسرى بعد القيام من الركوع ليس فيه نص صحيح عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ولذلك رأى الإمام أحمد – رحمه الله – أن المصلي يخير بينه وبين إرسالهما، ولكن الظاهر ترجيح وضعهما؛
مجموع فتاوى عثيمين
Di tanyakan seh ustaimin dari hukum menaruh tangan kanan ke kiri (sedekap) setelah berdiri dari ruku'?
Maka menjawab seh ustaimin dengan jawaban:
Sedekap (singkatan) setelah berdiri dari ruku' tidak ada nash/dalik soheh dari nabi saw, karena itu imam ahmad ra berpendapat bahwa orang yg shalat di beri pilihan di antara sedekap dan menjulurkan tangan. Tetapi yg dzahir/jelas memenangkan meletakkan kedua tangan (sedekap).
(Majmuk fatawa ustaimin Juz 13. No 165. Ms).
Dalam hal ini lumayan agak lucu :) .

- (4). Dua lawan satu bin baz vs albani + ustaimin, dalam masalah perkataan bagi yang wafat "telah pulang ke kediaman yang terakhir":
حكم قولهم "انتقل إلى مثواه الأخير"
Hukum perkataan mereka pada yang wafat "telah pulang ke kediaman yang terakhir.
Bin baz bilang tak masalah:
س: ما حكم قولهم في التعزية: "انتقل إلى مثواه الأخير "؟
ج: لا أعلم في هذا بأسا؛ لأنه مثواه الأخير بالنسبة للدنيا، وهي كلمة عامية؛
Pertanyaan: apa hukum mengatakan "telah berpulang ke kediamannya yang terakhir" saat ta'ziyah?
Jawab bin baz: tidak masalah, karena perkataan (telah pulang ke kediaman terakhir) itu, dengan nisbat ke dunia, itu kalimat umum.
(Majmuk fatawa bin baz juz 13. No 408 ms).

Ustaimin bilang bisa kafir, paling tidak haram:
وكلمة (مثواه الأخير) لو دُقق في معناها لكانت كفرا
Kalimat "telah pulang ke kediaman yang terakhir" kalau di audit maknanya, maka jadi kafir.
(Majmuk fatawa ustaimin . juz 17. 306 ).
Terus di tanyakan lagi seh ustaimin dan menjawab:
فأجاب فضيلته بقوله: قول القائل "دفن في مثواه الأخير" حرام ولا يجوز؛ لأنك إذا قلت في مثواه الأخير فمقتضاه أن القبر آخر شيء له، وهذا يتضمن إنكار البعث،
Sej ustaimin menjawab: perkataan "telah berpulang ke kediamannya yang terakhir" itu hukumnya haram dan tidak boleh, karena mengindikasikan quburannya akhir segalanya baginya, dan mengandung keingkaran atas adanya hari kebangkitan .
(Majmuk fatwa ustaimin Juz 17. No 453).

Seh Albani pendapatnya pro seh ustaimin, dia berkata dalam kitabnya:
ﻣﻘﻮﻟﺔ  ﺍﻧﺘﻘﻞ ﺇﻟﻰ ﻣﺜﻮﺍﻩ ﺍﻷﺧﻴﺮ  ﻛﻔﺮ ﻟﻔﻈﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻗﻞ....
وما ألقى هذه الكلمة بين الناس إلا كافر ملحد.
سلسلة الأحاديث الصحيحة
Perkataan "telah berpulang ke kediamannya yang terakhir" itu paling tidak kufur secara lafadz, dan tidak mengenai (terucap) kalimat ini di antara manusia, kecuali kafir mulhid.
(Silsilah al-ahadista al-sohihah ,albani Juz 6. No 416 m.s).
Seru kan....? :) pake kafir2an.. :D

- (5). Perbedaan bilangan roka'at tarawih antara albani vs bin baz.
Berikut ini adalah penjelasan Syeh bin Baz tentang masalah ini:
ﻭﻣﻦ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﺘﻲ ﻗﺪ ﻳﺨﻔﻰ ﺣﻜﻤﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ:
ﻇﻦ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻧﻘﺼﻬﺎ ﻋﻦ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﺭﻛﻌﺔ ،
ﻭﻇﻦ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﺰﺍﺩ ﻓﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ
ﺃﻭ ﺛﻼﺙ ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ، ﻭﻫﺬﺍ ﻛﻠﻪ ﻇﻦ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻣﺤﻠﻪ ﺑﻞ ﻫﻮ ﺧﻄﺄ
ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻸﺩﻟﺔ .
“Di antara hal yang hukumnya tidak diketahui oleh sebagian orang adalah anggapan sebagian orang bahwa shalat tarawih itu tidak boleh kurang dari 20 rakaat,
Demikian pula anggapan sebagian orang bahwa shalat tarawih itu tidak boleh lebih dari 11 atau 13 rakaat. Kedua anggapan ini adalah anggapan yang tidak
pada tempatnya bahkan keduanya adalah anggapan yang menyelisihi banyak dalil.
Bin baz melanjutkan:
ﻭﻟﻬﺬﺍ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﻓﻲ ﻋﻬﺪ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻨﻪ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺣﻴﺎﻥ ﺛﻼﺛﺎ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺭﻛﻌﺔ، ﻭﻓﻲ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﺇﺣﺪﻯ
ﻋﺸﺮﺓ ﺭﻛﻌﺔ
ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﺛﺒﺖ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻭﻋﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻲ ﻋﻬﺪﻩ
ﻭﻛﺎﻥ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻳﺼﻠﻲ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺳﺘﺎ ﻭﺛﻼﺛﻴﻦ ﺭﻛﻌﺔ ﻭﻳﻮﺗﺮ
ﺑﺜﻼﺙ، ﻭﺑﻌﻀﻬﻢ ﻳﺼﻠﻲ ﺇﺣﺪﻯ ﻭﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ،
Oleh karena itu para sahabat di masa Umar terkadang shalat tarawih sebanyak 23 rakaat dan terkadang sebanyak 11 rakaat.
Kedua riwayat tersebut adalah riwayat yang sahih dari Umar dan para sahabat di masa Umar.
Sebagian salaf ketika bulan Ramadhan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat, terus ditambah witir 3 rakaat.
Sebagian salaf yang lain shalat tarawih sebanyak 41 rakaat.
(Majmuk fatawa, bin baz, Juz 15. No 18 ms).

Albani bilang begini:
عدد ركعات القيام:
وركعاتها إحدى عشرة ركعة, ونختار أن لا يزيد عليها اتباعاً لرسول الله صلى الله عليه وسلم, فإنه لم يزد عليها حتى فارق الدنيا.
Bilangan rokaat tarawih/atau qiyamu al-lail.
Tarawih/qiyamullail 11 rokaat, dan saya memilih untuk tidak menambah atas 11 rokaat.
Karena ittiba' kepada nabi saw sampai meninggal dunia (wafat).
(Qiyamu al-rhamadhan. Albani Juz 1. No 22 ms).
Ayukkkk pilih yg mana? :) jangan setengah2 dong :)

- (6).  Perbedaan mengenai.dzikir memakai tasbih,
syeh ibnu taimiyah vs albani.
Ibnu Taimiyah mengatakan:
ﻭﺃﻣﺎ ﻋﺪﻩ ﺑﺎﻟﻨﻮﻯ ﻭﺍﻟﺤﺼﻰ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻓﺤﺴﻦ ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻭﻗﺪ ﺭﺃﻯ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺃﻡ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺗﺴﺒﺢ ﺑﺎﻟﺤﺼﻰ ﻭﺍﻗﺮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ
ﻭﺭﻭﻯ ﺃﻥ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻛﺎﻥ ﻳﺴﺒﺢ ﺑﻪ
ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺘﺴﺒﻴﺢ ﺑﻤﺎ ﻳﺠﻌﻞ ﻓﻰ ﻧﻈﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﺮﺯ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻓﻤﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ
ﻣﻦ ﻛﺮﻫﻪ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻜﺮﻫﻪ
ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺣﺴﻨﺖ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﻓﻬﻮ ﺣﺴﻦ ﻏﻴﺮ ﻣﻜﺮﻭﻩ
ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ( 22/506 )
Sedangkan berdzikir dengan menggunakan biji atau kerikil atau pun semisalnya maka itu adalah perbuatan yang baik.
Di antara para sahabat ada yang melakukannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga melihat salah seorang isterinya bertasbih dengan menggunakan kerikil dan beliau membiarkannya. Terdapat pula riwayat yang menunjukkan
bahwa Abu Hurairah bertasbih dengan menggunakan kerikil.
Adapun bertasbih dengan menggunakan manik-manik yang dirangkai menjadi satu (sebagaimana biji tasbih yang kita kenal saat ini) maka ulama
berselisih pendapat. Ada yang menilai hal tersebut hukumnya makruh, ada pula yang tidak memakruhkan.
Intinya.. jika orang yang melakukannya itu memiliki niat yang baik,maka berdzikir dengan menggunakan biji tasbih adalah perbuatan yang baik dan tidak makruh .
(Majmuk fatawa ibnu taimiyah 22/506)

Bantahan dari albani,
Nashiruddin Al-Albani mengatakan :
أن السبحة بدعة لم تكن في عهد النبي صلى الله عليه وسلم
berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah bid’ah/sesat, tidak ada pada masa nabi saw.
(Silsilah Haadits Ad Dha’ifah Juz I hal 185).
Masak sih yg bilang bagus di bilang sesat, lancang juga pada ibnu taimiyah :) .

- (7). Perbedaan bin baz vs albani dalam masalah adzan dan iqomah di telinga bayi yg baru lahir.
Bin baz dalam masalah ini, di tanyakan:
ﻋﻦ ﺍﻷﺫﺍﻥ ﻓﻲ ﺃﺫﻥ ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﺩ ﺍﻟﻴﻤﻨﻰ ﻭﺍﻹﻗﺎﻣﺔ ﻓﻲ أﺫﻧﻪ ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ؟
Bin Baz di tanya mengenai Azan di telinga Bayi yg kanan, dan iqamah di telinga kirinya.
ﻫﺬﺍ ﻣﺸﺮﻭﻉ ﻋﻨﺪ ﺟﻤﻊ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ، ﻭﻗﺪ ﻭﺭﺩ ﻓﻴﻪ ﺑﻌﺾ
ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ، ﻭﻓﻲ ﺳﻨﺪﻫﺎ ﻣﻘﺎﻝ ، ﻓﺈﺫﺍ ﻓﻌﻠﻪ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺣﺴﻦ؛ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ
ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺴﻨﻦ ﻭﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺘﻄﻮﻋﺎﺕ
Jawaban Syaikh Ibnu Baz:
Hal tersebut di syari'atkan menurut sejumlah ulama. Ada beberapa hadits mengenai hal ini, namun ada pembicaraan mengenai kualitas sanadnya.
Jika ada seorang mukmin yang melakukannya maka itu adalah suatu hal yang baik
karena amalan ini termasuk amalan sunnah dan dari bab tathowwu' (amal kebajikan).
Dari situsnya binbaz (binbaz.org.sa/node/9646)

Bantahan Albani:
ﻣَﻦْ ﻭُﻟِﺪَ ﻟَﻪُ , ﻓَﺄَﺫَّﻥَ ﻓِﻲ ﺃُﺫُﻧِﻪِ ﺍﻟْﻴُﻤْﻨَﻰ ﻭَﺃَﻗَﺎﻡَ ﻓِﻲ ﺃُﺫُﻧِﻪِ ﺍﻟْﻴُﺴْﺮَﻯ , ﻟَﻢْ ﺗَﻀُﺮَّﻩُ ﺃُﻡُّ ﺍﻟﺼِّﺒْﻴَﺎﻥِ.. موضوع
Albani mengatakan bahwa hadist : “Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu dia mengumandangkan adzan di telinga kanannya dan iqomah di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin yang mengganggu anak kecil) tidak akan membahayakan dirinya”. Hadist ini palsu.
(Silsilah Adh Dho’ifah , juz 1. No 491).
Wow dalil yg di akui dan di buat hujjah bin baz, di bilang palsu oleh albani, hehe.

- (8). Tentang sifat allah swt mempunyai bayangan, berbeda bin baz vs ustaimin.
Berikut penjelasan dari bin baz,
Dalam hadits yang mengatakan:
السبعة الذين يظلهم الله عز وجل في ظله يوم
لا ظل إلا ظله
Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.
، فهل يوصف الله تعالى بأن له ظلا؟
ج: نعم كما جاء في الحديث، وفي بعض الروايات «في ظل عرشه  » لكن في الصحيحين "في ظله"، فهو له ظل يليق به سبحانه.
Apakah dengan dasar hadits ini Allah disifati bahwa Dia memiliki bayangan?
Jawab (Ibnu Baz):
Benar (Allah punya bayangan), sebagaimana itu disebutkan dalam hadits.
Dalam sebagian riwayat dengan redaksi “Fi dzhilli ‘Arsyihi”, tetapi yang dalam dua kitab Shahih (Shahih Bukhari dan Muslim) dengan redaksi “Fi Dzhillihi”,
karena itu maka Allah memiliki BAYANGAN yang sesuai bagi-Nya.
(Majmuk fatawa bin baz. Juz 28. No 402. Ms).

Utsaimin membantah Ibnu Baz, dalam kitabnya dengan redaksi berikut ini:
ﻭﻗﻮﻟﻪ : “ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﻇﻠﻪ ” ؛ ﻳﻌﻨﻲ : ﺇﻻ ﺍﻟﻈﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺨﻠﻘﻪ ، ﻭﻟﻴﺲ ﻛﻤﺎ ﺗﻮﻫﻢ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻧﻪ ﻇﻞ ﺫﺍﺕ ﺍﻟﺮﺏ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ؛ ﻓﺈﻥ ﻫﺬﺍ ﺑﺎﻃﻞ؛ ﻷﻧﻪ ﻳﺴﺘﻠﺰﻡ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ . ﻓﻔﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ؛ ﻧﺤﻦ ﻧﺒﻨﻲ ﺍﻟﻈﻞ ﻟﻨﺎ، ﻟﻜﻦ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ؛ ﻻ ﻇﻞ ﺇﻻ ﺍﻟﻈﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺨﻠﻘﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻴﺴﺘﻈﻞ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺷﺎﺀ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﻩ . ﺃ . ﻩ
Sabda Rasulullah “La dzhilla Illa dzhilluh” artinya “Tidak ada bayangan kecuali bayangan yang diciptakan oleh Allah”. Makna hadits ini bukan seperti yang disangka oleh sebagian orang (bin baz) bahwa bayangan tersebut adalah bayangan Dzat Allah,
ini adalah pendapat batil (SESAT), karena dengan
begitu maka berarti matahari berada di atas Allah.
Di dunia ini kita membuat bayangan bagi diri kita, tetapi di hari kiamat tidak akan ada bayangan kecuali
bayangan yang diciptakan oleh Allah supaya berteduh di bawahnya orang-orang yang dijehendaki oleh -Nya dari para hamba-Nya”.
(Syarh al-Aqidah al Wasithiyyah. Juz 2. No136).
(Hayoooooo siapa yg bathil??? Yg sesat??? :) )

- (9).  Dalam menyikapi putaran bumi. Perbedaan bin baz vs albani.
Syeh Al bani dalam kitabnya berkata:
ﻧﺤﻦ – ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ – ﻻ ﻧﺸﻚ ﻓﻲ ﺃﻥ ﻗﻀﻴﺔ ﺩﻭﺭﺍﻥ ﺍﻷﺭﺽ
ﺣﻘﻴﻘﺔ ﻋﻠﻤﻴﺔ ﻻ ﺗﻘﺒﻞ ﺟﺪﻻ ”.
Kami “pada hakikatnya” tidak ragu lagi atas kaeadaan berputarnya bumi dengan kenyataan ilmiyah yang tdk bisa di perdebatkan lagi.
(Silsilah al-huda wan-nur. 1/497)

Syaikh Ben Baz dalam kitabnya  membantah:
ﻭﺃﻭﺿﺤﺖ ﺃﻳﻀﺎ ﺑﻄﻼﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺪﻭﺭﺍﻥ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﺣﺮﻛﺘﻬﺎ، ﻭﺃﻧﻪ
ﺧﻼﻑ ﺍﻟﻤﻨﻘﻮﻝ ﻭﺍﻟﻤﺤﺴﻮﺱ، ﻭﻭﺳﻴﻠﺔ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﻮﻗﻮﻑ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﻋﺪﻡ ﺟﺮﻳﻬﺎ ، ﻭﺗﻮﻗﻔﺖ ﻓﻲ ﺗﻜﻔﻴﺮ ﻗﺎﺋﻠﻪ ”.
ﺍﻷﺩﻟﺔ ﺍﻟﻨﻘﻠﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﺴﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﺇﻣﻜﺎﻥ ﺍﻟﺼﻌﻮﺩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻮﺍﻛﺐ، ﻭﻋﻠﻰ ﺟﺮﻳﺎﻥ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺍﻟﻘﻤﺮ، ﻭﺳﻜﻮﻥ ﺍﻷﺭﺽ
Dan aku telah menjelaskan batilnya perkataan orang yang mengatakan Bumi berputar dan bergerak dan sesungguhnya itu menyalahi ayat2 yang telah di
nuqilkan dan menyelisihi apa yang dirasakan ,dan ucapan itu bisa berdampak pada pernyataan diamnya matahari dan tdk berjalannya matahari, Dan aku
tawaquf dalam mengkafirkan orang yang mengatakan itu .
(Al adillah an naqliyah wal hissiyah. H 45).
(Hemmmmm.... Ayuk seh bin baz... Jangan ragu-ragu kalau mau mengkafirkan seh albani, kasih kepastian yg lebih jelas lagi dong seh :) )
Kitab ini belum saya temui di maktabah syamilah, tapi di pembahasan fatwa bin baz banyak di jelaskan,
Seperti dalam situs (www.azahera.net/showthread.php?t=7544).

- (10) dalam merayakan maulid satu vs dua.
Ibnu Taymiyah juga berkata :
ﻓﺘﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﻭﺍﺗﺨﺎﺫﻩ ﻣﻮﺳﻤﺎً ﻗﺪ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﻜﻮﻥ
ﻟﻬﻢ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﺮ ﻋﻈﻴﻢ ﻟﺤﺴﻦ ﻗﺼﺪﻫﻢ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﻬﻢ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah SAW”. [Lihat kitab Majmu’ Fatawa 23: 134].

Syeh ustaimin membantahnya seperti dalam kitabnya:
وإن من جملة البدع ما ابتدعه بعض الناس في شهر ربيع الأول من بدعة عيد المولد النبوي،
Dan dari jumlahnya bid'ah iyalah sebagian manusia yg berbuat bid'ah di bulan robi'ul-awwal, dari bid'ah merayakan maulid nabi,
(Majmuk fatawa utsaimin. 6/198)

Bin baz juga membantah ibnu taimiyah, dalam kitabnya:
لا يجوز الاحتفال بمولد الرسول صلى الله عليه وسلم ولا غيره، بل يجب منعه؛ لأن ذلك من البدع المحدثة في الدين،
Tidak boleh merayakan maulid nabi saw atau selainnya, bahkan wajib mencegahnya, karena itu dari bid'ah yg baru di buat-buat di dalam agama.
(Majmuk fatawa bin baz. 1/222 ms).
(Ikut bin baz ah...... :) wong walau bin baz gak bilang bid'ah, aku yg akan bilang bid'ah :) tapi gimana cara cegahnya ya? Disini kan bukan di saudi ).

- (11). Syeh albani tidak segan-segan menegor ibnu taimiyah dalam menyikapi ketidaksuka'annya pada sayyidina ali kw, sehingga semua hadist yg soheh tentang sayyidina ali di dhoifkan atau di palsukan oleh ibnu taimiyah.
Dalam hal ini terpaksa albani ikut bicara,
Ibnu taimiyah berkata;
ﻭﺍﻣﺎ ﻗﻮﻟﻪ : (ﻣﻦ ﻛﻨﺖ ﻣﻮﻻﻩ ﻓﻌﻠﻲ ﻣﻮﻻﻩ) ﻓﻠﻴﺲ ﻫﻮ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﺎﺡ ، ﻟﻜﻦ ﻫﻮ ﻣﻤﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ، ﻭﺗﻨﺎﺯﻉ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺻﺤﺘﻪ
Adapun sabda Nabi: brang siapa menjadikan aku (maula) pemimpinnya, maka Ali lah maula (pemimpin)-nya” ini bukanlah hadis soheh, tetapi itu hanya riwayat dari para ulama ,dan telah berselisih orang2 dalam kesohehannya.
(minhaj as sunnah 4/86).

Al bani membantah Ibnu taimiyah.
Berkata albani dalam kitab soheh-nya 5/263
ﻓﻤﻦ ﺍﻟﻌﺠﻴﺐ ﺣﻘﺎ ﺍﻥ ﻳﺘﺠﺮﺍ ﺷﻴﺦ ﺍﻻﺳﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﻜﺎﺭ
ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﺗﻜﺬﻳﺒﻪ ﻓﻲ (ﻣﻨﻬﺎﺝ ﺍﻟﺴﻨﺔ) ﻛﻤﺎ ﻓﻌﻞ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ
ﺍﻟﻤﺘﻘﺪﻡ ﻫﻨﺎﻙ
Dan termasuk hal keanehan yg nyata, berani-beraninya syaekhul islam ibnu taimiyah mengingkari hadis ini dan mendustakannya dlm kitabnya minhaj assunah. sebagaimana yg dilakukan pada hadis sblm ini.
Kemudian di akhir ucapannya, al bani berkata :
ﻓﻼ ﺍﺩﺭﻱ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻭﺟﻪ ﺗﻜﺬﻳﺒﻪ
ﻟﻠﺤﺪﻳﺚ ، ﺍﻻ ﺍﻟﺘﺴﺮﻉ ﻭﺍﻟﻤﺒﺎﻟﻐﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸﻴﻌﺔ
Dan aku tidak tau setelah itu atas alasan pendustaan beliau terhadap hadis INI kecuali kecerebohan dan berlebihan dlm membantah syiah.

Sehingga albani mewanti-wanti para pembaca kitabnya ibnu taimiyah AL KALIMUT TOYYIB , kitab taqliqnya di namai Sohih al kalimut thoyib:
ﺍﻧﺼﺢ ﻟﻜﻞ ﻣﻦ ﻭﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ
ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻥ ﻻ ﻳﺒﺎﺩﺭ ﺍﻟﻰ
ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺑﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻻﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻻ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺘﺎﻛﺪ ﻣﻦ ﺛﺒﻮﺗﻬﺎ ، ﻭﻗﺪ
ﺳﻬﻠﻨﺎ ﻟﻪ ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ ﺍﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﺑﻤﺎ ﻋﻠﻘﻨﺎﻩ ﻋﻠﻴﻬﺎ ، ﻓﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺛﺎﺑﺘﺎ ﻣﻨﻬﺎ
ﻋﻤﻞ ﺑﻪ ﻭﻋﺾ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻨﻮﺍﺟﺬ ﻭﺍﻻ ﻓﺎﺗﺮﻛﻪ
Aku menasehati kepada siapa pun yg membaca kitab ini, atau kitab yg lainnya, untuk tidak kerburu2 mengamalkan apa yg ada padanya dari hadis2 kecuali setelah kokoh ketetapan status hadis2 tsbt, dan aku telah dimudahkan jalan dalam hal itu dan lihat komentarku terhadap kitab ini. maka kalau saja hadis itu tsabit maka amalkanlah, dan jika tidak, maka tinggalkanlah .
(Soheh kalimut-toyyib/takhriiju kalimut-toyyib h-4).
(Bukan terlalu benci pada syiah, tapi memang pada dasarnya kurang suka pada keluarga nabi, apalagi sayyidina ali. Paling di benci sepertinya, karena banyak komentar pedasnya).

- (12). Albani termasuk berani sekali, mensunnahkan shalat sunnah setelah ashar, akhirnya terjadi perdebatan hebat agak lucu,
Seperti kata Albani dalam kitabnya, yg di soheh-sohehkan sendiri, :).ia mengatakan:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يصلي ركعتين بعد العصر. وهذا إسناد صحيح
Bahwa nabi muhammad saw shalat dua rokaat setelah shalat ashar. Hadist ini sanadnya soheh.
ركعتان لم يكن رسول الله صلى الله عليه وسلم
يدعهما سرا ولا علانية: ركعتان قبل صلاة الصبح، وركعتان بعد العصر
Dua rokaat yg nabi saw tidak pernah meninggalkannya baik secara diam atau terang-terangan, yaitu sunnah sebelum shalat subuh, dan dua rokaat setelah asar. Hadis soheh.
ويتلخص مما سبق أن الركعتين بعد
العصر سنة إذا صليت العصر معها قبل اصفرار الشمس،
سلسلة الأحاديث الصحيحة
Dan sudah di simpulkan dari keterangan yg lalu, bahwa du rokaat setelah asar adalah sunnah. Asal kamu shalatnya sebelum isyfar-nya (menguning) matahari.
(Semua ada  di kitab silsilah al-Ahadits ash-Shahihah juz 6 h: 1011-1013. MS).

Bin Baz berkomentar masalah ini:
ونهى عن الصلاة بعد الصبح، وبعد العصر؛ لئلا يكون ذلك وسيلة إلى الوقوع فيما وقع فيه بعض المشركين من عبادة الشمس عند طلوعها وغروبها
(مجموع فتاوى ابن باز)
Nabi saw melarang shalat setelah subuh dan setelah asar, supaya tidak menyamai (menjadi perantara) pada perkara yg di lakukan oleh sebagian orang-orang musyrik dari penyembahannya pada matahari saat terbit dan terbenam.
(Majmu’ Fatawa bin baz 21/119).

Melihat dua sahabatnya simpang siur dalam masalah ini, seh ustaimin dalam hatinya mau nengah-nengahin, sama-sama gak enak :)
فأجاب فضيلته بقوله: صلاة العصر ليس لها راتبة لا قبلها ولا بعدها
(مجموع فتاوى ورسائل العثيمين)
“Shalat asar itu tidak memiliki rawatib baik qobliyah maupun ba’diyah.
(Majmuk fatawa wa rasail 14/343 ms).
(Memang yg di maksud oleh syeh ustaimin adalah sunnah rawatib, tapi mafhum perkataanya, tak ada kesunnahan shalat dua rokaat setelah shalat ashar).

- (13). Masalah bermadzhab imam ibnu taimiyah menjelaskan dalam kutabnya.
Ibnu taimiyah mengatakan dengan tegas:
ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺋﻞ: ﻻ ﺃﺗﻘﻴّﺪ ﺑﺄﺣﺪ ﻣﻦ ﻫﺆﻻﺀ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ، ﺇﻥ ﺃﺭﺍﺩ
ﺃﻧّﻪ ﻻ ﻳﺘﻘﻴّﺪ ﺑﻮﺍﺣﺪ ﺑﻌﻴﻨﻪ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﺒﺎﻗﻴﻦ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ ، ﺑﻞ ﻫﻮ
ﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴﻦ، ﻭﺇﻥ ﺃﺭﺍﺩ ﺃﻧّﻲ ﻻ ﺃﺗﻘﻴّﺪﺑﻬﺎ ﻛﻠّﻬﺎ ، ﺑﻞ ﺃﺧﺎﻟﻔﻬﺎ
ﻓﻬﻮ ﻣﺨﻄﺊ ﻓﻲ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ ﻗﻄﻌًﺎ ، ﺇﺫ ﺍﻟﺤﻖ ﻻ ﻳﺨﺮﺝ ﻋﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ﻓﻲ ﻋﺎﻣﺔ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ”
Dan perkataan orang “aku tidak akan terikat dengan salah satu madzhab yg empat”,
Kalau maksud perkataan tersebut adalah untuk tidak menentukan hanya Pada satu madzhab saja,dengan menafikan madzhab lainnya,maka itu benar,malah itu adalah salah satu dari dua pendapat (tentang taqlid), kalau maksud perkataan itu adalah tidak mau terikat dengan madzhab secara keseluruhan, malah dengan menyelisihi semua madzhab yang ada, maka
lumrahnya itu menyimpang, malah bukan lumrah lagi tapi pasti menyimpangnya, karena alhaq tidak keluar dari empat madzhab ini dalam keumuman syariat.
(Alfatawi al-misriyah 81).

Selanjutnya Ibnu Taimiyah berhikayah dalam kitabnya:
فأما تعيين المدارس بأسماء فقهاء معينين فإنه لا أرى به بأسا حيث ان اشتغال الفقهاء بمذهب واحد من غير أن يختلط بهم فقيه في مذهب آخر يثير الخلاف معهم ويوقع النزاع فإنه حكى لي الشيخ محمد بن يحيى عن القاضي أبى يعلى أنه قصده فقيه ليقرأ عليه مذهب أحمد فسأله عن بلده فأخبره فقال له إن أهل بلدك كلهم يقرأون مذهب الشافعي فلماذا عدلت أنت عنه إلى مذهبنا فقال له إنما عدلت عن المذهب رغبة فيك أنت فقال ان هذا لا يصلح فانك إذا كنت في بلدك على مذهب أحمد وباقي أهل البلد على مذهب الشافعي لم تجد أحدا يعبد معك ولا يدارسك وكنت خليقا أن تثير خصومة وتوقع نزاعا بل كونك على مذهب الشافعي حيث أهل بلدك على مذهبه أولى ودله على الشيخ أبى إسحاق وذهب به إليه فقال سمعا وطاعة
(المسودة في أصول الفقه)
Dan adapun menetukan madrasah madrasah dengan nama nama ahli fiqh tertentu, maka itu tidak apa apa, sekiranya aktivitas para fuqoha itu dalam
satu madhab dan mereka tidak tercampur dengan ahli fiqih dari madhab lain, yang bisa membuat terjadinya perbedaan di antara mereka dan menjadikan
mereka jatuh pada permusuhan.
karena sesungguhnya telah menghikayatkan kepadaku syaikh muhammad bin yahya dari qodli abi ya’la [al-hambaly]: Telah datang seorang faqih pada beliau utk di bacakan [belajar] kitab madhab imam ahmad, maka Qodli abi ya’la bertanya tentang keadaan madzhab penduduk negrinya, orang tersebutpun bercerita,
lalu Abi ya’la berkata: sungguh keadaan penduduk negrimu semuanya bermadhab syafii, kenapa
engkau malah mau pindah ke madhab kami??
Orang itu berkata padanya: sungguh aku mau pindah pada madhab anda karena kecintaanku pada anda,
Qodi abi ya’la berkata: sungguh hal Ini tidak pantas, karena ketika engkau berada di negrimu dengan madhab imam ahmad, dan penduduk disana
bermadhab syafii, maka tidak akan ada orang yang mau beribadah bersamamu dan belajar padamu, dan engkau telah mencipta benih permusuhan dan
mengarah pada perpecahan, padahal keadaanmu dengan madhab syafii dengan penduduk negrimu yang bermadhab syafii ,itu lebih utama.
maka Qodli abi ya’la memberi petunjuk pada orang itu untuk mendatangi syaikh abi ishaq
[bermadzhab syafii] SUPAYA pergi belajar padanya, orang itu pun berkata; aku mendengar dan aku akan mentaatimu.
( al musawwadah fi usul alfiqh 1/542 ms).

Sedang pendapatnya bin baz tidak memberi toleran sama sekali, dan bertentangan dengan ibnu taimiyah, seperti penjelasan ini:
قوله عن تقليد الأئمة الأربعة إنه من أوجب الواجبات
لا شك أن هذا الإطلاق خطأ، إذ لا يجب تقليد أحد من الأئمة الأربعة ولا غيرهم مهما كان علمه؛ لأن الحق في اتباع الكتاب والسنة لا في تقليد أحد من الناس.
مجموع فتاوى ابن باز
Perkata'anya dari "taqlid/bermadzhab pada imam yg empat, adalah paling wajib-nya sesuatu yg wajib".
Tidak di ragukan lagi bahwa pe-mutlakan ini salah.
Karena tidak wajib mengikuti (taqlid) salah satu dari yg empat,juga tidak wajib pada lainnya,seperti apapun saja ilmunya.
Karena sesungguhnya yg haq itu didalam mengikuti alquran dan sunnah, bukan mengikuti salah satu dari manusia.
(Majmuk fatawa bin baz 3/52 mr).

saya titip pendapatnya imam nawawi :)
Beliau berkata:
وليس له التذهب بمذهب أحد من أئمة الصحابة رضي الله عنهم وغيرهم من الأولين وإن كانوا أعلم وأعلا درجة ممن بعدهم لأنهم لم يتفرغوا لتدوين العلم وضبط أصوله وفروعه فليس لأحد منهم مذهب مهذب محرر مقرر وإنما قام بذلك من جاء بعدهم من الأئمة الناحلين لمذاهب الصحابة والتابعين القائمين بتمهيد أحكام الوقائع قبل وقوعها الناهضين بإيضاح أصولها وفروعها كمالك وأبي حنيفة وغيرهما
(المجموع شرح المهذب).
“Dan tidak boleh bagi si awam itu bermazhab dengan madzhab salah seorang daripada imam-imam di kalangan para sahabat r.anhum dan selainnya mereka, dari generasi-generasi yang terawal (pertama). walaupun mereka lebih alim dan lebih tinggi drajatnya dibanding dengan (ulama’ penggagas madzhab) setelah mereka, ini adalah kerena mereka tidak meluangkan waktu sepenuhnya untuk mengarang ilmu (kitab) dan meletakkan prinsip-prinsip usul dan furu’nya.
Maka tidak ada bagi salah seorang dari mereka (sahabat, tabi'in) sebuah madzhab yang telah diperbaiki dianalisis dan ditetapkan.
Dan hanya saja (ulama’) yang datang setelah mereka yang merupakan peng-orbit madzhab para sahabat dan tabi'in, yang telah mempersiapkan usaha hukum-hukum sebelum berlakunya perkara tersebut pada waktunya. yang bangkit menerangkan prinsip-prinsip usul dan furu’ mereka seperti (Imam) Malik dan (Imam) Abu Hanifah dan selain keduanya.”
(Almajmuk syarh muhaddzab 1/55 ms).

- (14). Perdebatan berdo'a setelah shalat maktubah (shalat wajib). bin baz+ ustaimin vs albani.
Seh ustaimin berkata dalam kitabnya:
وأما الدعاء أدبار الصلوات ورفع اليدين فيه فإن كان على وجه جماعي بحيث يفعله الإمام ويؤمن عليه المأمومون فهذا بدعة بلا شك، وإن كان على وجه انفرادي فما ورد به النص فهو سنة، مثل الاستغفار ثلاثا
Dan adapun doa setelahnya sholat fhardhu, dan mengangkat tangan dalam berdoa, maka apaila di lakukan secara berjamaah, sekiranya imam yg berdoa dan makmum yg meng-aminkan. Maka ini adalah bid'ah tanpa keraguan. Dan bila di lakukan sendiri, seperti (baca'an) yg datang dari nash,Maka  sunnah. (Maksudnya perkataan ustaimin, adalah berdzikir atau berdoa seperti istighfar dan doa2 yg  warid saja, selain itu tidak sunnah.)
(Majmuk fatawa ustaimin. Juz 13. 258 ms).

Bin baz menjelaskan tentang bagaimana cara (meniru) meneladani nabi saw dalam amal, sampai pada penjelasan ini:
والدعاء أدبار الصلوات الخمس المفروضة؛ لأن ذلك لم يثبت عنه صلى الله عليه وسلم، والمشروع لنا التأسي به صلى الله عليه وسلم في الفعل والترك
.. Dan doa setelahnya shalat maktubah (itu tidak usah di lakukan) karena itu tidak tsabit datangnya dari nabi saw. Sedangkan yg disyariatkan untuk kita, adalah mengikuti teladan nabi saw di dalam beramal atau dalam meninggalkannya.
(Majmuk fatawa bin baz. 16/144. Ms)
(Disini bin baz tidak menyunahkan doa apapun. Entah yg warid dari nabi, atau doa buatan sendiri.)

Sedang al-bani mengutip hadist ini, dan ia bilang hadistnya hasan.
Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata:
ﺃﻱُّ ﺍﻟﺪُّﻋﺎﺀ ﺃﺳﻤﻊُ؟ ﻗﺎﻝ ﺻﻠّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ : « ﺟﻮﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ، ﻭﺃﺩﺑﺎﺭ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺔ »
“Doa manakah yang paling didengar?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Doa pada sepertiga malam terakhir, dan setelah shalat wajib/maktubah.”.
(HR. At Tirmidzi, No. 3499. Seh Al Albani menghasankan hadts ini, Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi, No. 3499).

Ada 3 hukum berbeda di atas.
Ustaimin = sunah doa setelah sholat wajib, yg warid dr nabi saja., maksudnya doa2 yg di ajarkan nabi. Atau dzikir. Kalau berjamaah bidah sesat.
Bin baz= tidak ada kesunahan dalam berdoa setelah shalat, ntah doa warid dari nabi atau tidak. karena kita meneladani nabi saw dalam ibadah.
Albani= sunnah berdoa apa saja setelah shalat wajib. Doa buatan sendiri atau lebih2 yg warid dari nabi saw.
(Aku jadi ragu-ragu.. Mau doa apa hanya dzikir diam-diam saja ya???. Tapi... Seh albani mengatakan sunnah, hadis nya hasan. Gimana ya?) :)

- (15). Perbedaan sesama mereka dalam menyikapi qunut subuh dan witir. Yg berbeda di bawah adalah ibnu al-qoyyim sayyid sabiq, albani, bin baz, ustaimin.
Mengenai qunut subuh.
ibnu al qoyyim berkata dalam kitabnya:
وَيَقُولُونَ: فِعْلُهُ سُنَّةٌ وَتَرْكُهُ سُنَّةٌ، وَمَعَ هَذَا فَلَا يُنْكِرُونَ عَلَى مَنْ دَاوَمَ عَلَيْهِ، وَلَا يَكْرَهُونَ فِعْلَهُ، وَلَا يَرَوْنَهُ بِدْعَةً، وَلَا فَاعِلَهُ مُخَالِفًا لِلسُّنَّةِ، كَمَا لَا يُنْكِرُونَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَهُ عِنْدَ النَّوَازِلِ، وَلَا يَرَوْنَ تَرْكَهُ بِدْعَةً، وَلَا تَارِكَهُ مُخَالِفًا لِلسُّنَّةِ، بَلْ مَنْ قَنَتَ فَقَدْ أَحْسَنَ، وَمَنْ تَرَكَهُ فَقَدْ أَحْسَنَ،
زاد المعاد في هدي خير العباد
Mereka (para ahli hadist) mengatakan bahwa melakukannya (qunut) adalah perbuatan SUNNAH dan meninggalkannya juga perbuatan SUNNAH.
Maka, mereka tidak mengingkari orang yang membiasakan mengamalkan qunut, tidak benci untuk melakukannya , tidak menganggapnya bid’ah, dan juga tidak menganggap orang yang melakukannya (mudawamah) termasuk menyelisihi sunnah begitu juga sebaliknya.
Bahkan orang yang qunut itu BAGUS, yang meninggalkannya juga BAGUS.”
(Zaad al-Ma’ad, hal. 1/ 266).
Catatan:
Saya temui di situsnya orang salafi,(lupa saya) dia membantah ini.. saya katakan, Ini sudah sangat jelas perkataannya ibnulqoyyim (dengan menisbatkannya pada para ahli hadist) , bahwa yg mudawamah( membiasakan qunut) itu juga sunnah, tidak bisa di ingkari lagi. Kalau anda mengartikan yg di maksud ibnul qoyyim adalah qunut nazilah, maka anda positif gagal paham. Karena tidak ada dalam sejarah orang yg sampai mudawamah qunut nazilah (seperti 10/20 tahun). Ini jelas yg di maksud adalah qunut selain nazilah. Yaitu qunut subuh.
Tolong di pahami lagi kata2:
فَلَا يُنْكِرُونَ عَلَى مَنْ دَاوَمَ عَلَيْهِ،
mereka tidak mengingkari orang yang membiasakan mengamalkan qunut.

Ok kita lanjut bagaimana tanggapan albani mengenai ini, dan sanggahan albani pada sayyid sabiq terkait hukum Qunut Shubuh ini, sayyid Sabiq, menguraikan dalam kitabnya, fiqhu as-sunnah, sebagai berikut:
"ومهما يكن من شيء فإن هذا من الاختلاف المباح الذي يستوي فيه الفعل والترك"
"Meski demikian, hal ini (Qunut Shubuh) adalah bentuk ikhtilaf yang mubah; dimana melakukan atau meninggalkannya itu sama (boleh keduanya)".
Dari sini Sayyid Sabiq  ingin mengambil jalan tengah, bahwa silahkan saja mau melaksanakan Qunut shubuh atau meninggalkannya.
(Fiqih Sunnah,hal. 1/ 199).

Tapi albani tidak terima dengan istilah:
فِعْلُهُ سُنَّةٌ وَتَرْكُهُ سُنَّةٌ
Membiasakan qunut dan meninggalkannya sama saja  (sunah).
Maka albani dalam taqliq kitabnya sayyid sabiq berkomentar pedas.
Dia berkomentar dalam kitabnya begini:
فليت شعري كيف يستوي الفعل وهو غير مشروع مع الترك وهو المشروع؟
"Bagaimana ceritanya, bisa sama antara melakukannya (qunut shubuh) padahal tidak disyariatkan dengan meninggalkannya dan hal itulah yang disyariatkan?!".
Qunut Shubuh itu tidak disyariatkan, sedangkan yang disyariatkan adalah meninggalkannya. Kok bisa sama antara keduanya? Kata al-Albani.
Lebih lanjut al-Albani mengatakan:
وهذا مما يجعلني أقطع بأن المؤلف لا يعيد النظر فيما يكتب وهو من أسباب وقوع الأخطاء الكثيرة في كتابه هذا وإلا فأقل الناس علما وفهما يتبين له هذا التناقض الواضح.
(تمام المنة في التعليق على فقه السنة)
"Hal inilah yang menjadikan al-Albani yakin bahwa ini sebagai tanda bahwa Sayyid Sabiq, tidak meneliti ulang atas apa yang dia tulis, sehingga banyak terjatuh pada kesalahan, bahkan orang yang paling sedikit ilmu dan kefahamannya pun akan tahu tanaqudh atau pertentangan dalam diri Sayyid Sabiq ini."
(Tamamu al-Minnah, hal. 244).
perhatikan.. Bagaimana albani sangat emosi dengan pendapat-pendapat di atas.)

Ok syeh albani... Sekarang kalau bin baz bilang , "qunut witir dua-duanya sama saja, membiasakan atau meninggalkannya sama" gimana neh?
Seperti penjelasannya bin baz di kitabnya:
س: يستمر بعض الأئمة في القنوت في الوتر كل ليلة، فهل أثر هذا عن سلفنا؟
ج: لا حرج في ذلك، بل هو سنة؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم لما علم الحسن بن علي رضي الله عنهما القنوت في الوتر لم يأمر بتركه بعض الأحيان ولا بالمداومة عليه، فدل ذلك على جواز الأمرين،
Pertanyaan: sebagian para imam membiasakan berqunut dalam witirnya, apa atsar ini dari ulama salaf kita?
Jawaban bin baz: Tidak apa-apa, bahkan ini sunnah ; krn Nabi Muhammad saw ketika mengajari cucunya, Hasan Bin Ali RA qunut dalam witir beliau tidak pernah memerintah meninggalkannya sewaktu-waktu, juga tidak pernah merintah menetapi (selalu melakukannya), maka hal tsb menjadi dalil akan bolehnya kedua2nya (membiaskan dan neninggalkannya).
(Majmuk fatawa bin baz 30/33 ms).
Di sini bin baz berpendapat, membiasakan qunut witir sunah, bahkan membiaskan dan meninggalkannya sama saja :) .

Ustaimin berbeda dengan bin baz dalam masalah qunut witir.
Pendapatnya bin baz di atas (membiasakan qunut witir sunah) beda dengan pendapat ustaimin yg mengatakannya sama sekali tidak sunnah.
Seperti yg ustaimin jelaskan di dalam kitabnya:
والراجح أنه لا يقنت في الفرائض إلا لأمر نزل بالمسلمين، أما الوتر فلم يصح عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قنت في الوتر.
Pendapat yang unggul (rojih) bahwa Rasulullah saw tidak melakukan qunut dalam beberapa shalat fardhu kecuali karena hal yg diturunkan (ada musibah) pada muslimin, adapun qunut witir itu tidak shaheh dari Rasulullah saw bahwa beliau melakukan qunut dalam witir.
(Majmuk fatawa wa rosail, ustaimin 14/158. Ms).
Disini jelas, syeh ustaimin tidak mengatakan soheh tentang qunut sholat witir. Itu pendapatnya yg berbeda jauh dengan pendapatnya bin baz.
(di akhir kutipan ustaimin mengutip pendapatnya sohibussunan mengenai qunut witir ini.)

Makanya kalau yg tidak sepaham jangan langsung di vonis bid'ah, kafir, syirik.. Kalau kenak temannya sendiri kan kasihan, temannya masuk neraka, karena bid'ah-sesat-kesesatan di neraka :) .
Tapi yg terpenting adalah..... Setelah kita nilai perdebatan di atas, memastikan bahwa kalau mereka boleh beramal dengan hadist dhoif dan maudhu', sedang kalau kita tidak. :)
Seakan-akan hanya mereka yg boleh berdalil dan yg punya islam :)..
Mari kuatkan iman.
CATATAN:
juz dan halaman versi maktabah syamilah android.
Jangan biasakan berbagi pada artikel yg tidak mencantumkan text bahasa arab (alquran dan hadist), seperti yg hanya terjemahannya saja. Ini kurang baik.

Amalan Paling Singkat Tapi Sangat Ampuh Luar Biasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL ISTILAH WAHABI WAHHABI WAHHABY YG BENAR

Khasiat Doa Nurbuat atau Nurun Nubuwwah

Aku Mengenalmu Tanpa Sengaja